Minggu, 22 Mei 2011

Damapak Negatif Berkerja di Laboratorium Pada Saat Keaadaan Hamil


Kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat ia bekerja sehari-hari. Sayangnya tak semua pekerja menyadari bahwa kesehatan dan keselamatannya bisa terancam, karena ancaman tersebut memang sering tidak tampak nyata atau dapat dirasakan dalam waktu singkat. Ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja itu sering bersifat akumulatif, baru dirasakan setelah jangka waktu yang relatif panjang.
Beberapa jenis pekerjaan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lainnya. Pekerjaan di laboratorium penelitian dan laboratorium kesehatan, misalnya. Risiko tinggi ini menuntut agar kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan benar-benar diperhatikan.
Tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab membuat banyak perempuan yang bekerja di laboratorium kesehatan dan tetap bekerja di sana meskipun sedang dalam keadaan hamil. Sepintas memang terlihat tak berbahaya, lebih-lebih karena bekerja di dalam ruangan (indoor) yang dinilai lebih aman daripada bekerja di luar ruangan (outdoor).

Kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan tetap harus menjadi perhatian ibu hamil yang bekerja di sana. Lingkungan kerja seperti ini mungkin saja berbahaya bagi kehamilan. Risiko ini bisa datang dari virus, bakteri, radiasi, atau paparan zat-zat kimia. Yang keselamatannya terancam tak hanya sang ibu yang bekerja di sana, namun juga janin yang berada dalam kandungannya.


Radiasi sinar X (X-Ray), misalnya. Paparan radiasi sinar ini, apalagi dalam dosis tinggi dan jangka waktu panjang, berisiko menimbulkan cacat pada janin yang sedang dikandung atau bahkan keguguran. Jika bayi lahir dalam keadaan selamat, bayi yang selama dalam kandungan sering terpapar sinar X lebih berisiko tinggi terkena kanker. 

Gas karbon monoksida (CO) dan berbagai senyawa polimer misalnya, menimbulkan efek teratogenik. Bahan teratogenik ini dapat menimbulkan cacat fisik pada janin serta berpengaruh pada perkembangan psikologis dan kecerdasan janin.

Zat-zat beracun yang berada di udara, yang terhirup saat bernafas juga dapat mempengaruhi kehamilan dan pertumbuhan janin. Bekerja di dalam ruangan (indoor) tak serta-merta membebaskan seseorang, termasuk ibu hamil, dari ancaman bahaya. Sirkulasi udara yang tidak baik, AC yang tidak bersih, atau asap rokok pun dapat menjadi ancaman.

Risiko kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan yang dihadapi ibu hamil dan janinnya ini lebih besar lagi jika terjadi pada trimester pertama kehamilan. Trimester pertama ini merupakan masa-masa penyatuan jaringan tubuh janin. Terganggunya suplai oksigen dan darah ke plasenta menyebabkan pembentukan jaringan menjadi tak sempurna sehingga meningkatkan risiko cacat janin.

Bekerja di laboratorium kesehatan juga memiliki risiko besar tertular virus (mulai dari virus flu hingga virus HIV), bakteri, atau percikan darah. Satu kecelakaan kecil, misalnya tergores jarum suntik  yang terkontaminasi virus Hepatitis B atau bahkan virus HIV bisa saja terjadi dalam proses kerja.

Pencegahan
Penerapan prosedur baku kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium kesehatan harus dijalankan dengan ketat. Mulai dari pengaturan sirkulasi udara, penggunaan desinfektan, hingga berbagai peralatan untuk melindungi keselamatan pekerja (misalnya masker dan pelindung mata). Pemeriksaan kesehatan pada pekerja di laboratorium kesehatan pun perlu dilakukan secara rutin untuk mencegah penularan penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar